Posted in CERITA & KISAH

Disharmony..

Ini adalah minggu terakhir di bulan Agustus. Ini aku, sedang duduk sendiri di kamar kos sempit berukuran 3×3 meter. Oh iya, kamu belum kenal aku ya? Aku Jimmo. Nama lengkapku Jimmo Rizki Hasan. Familiar dengan namaku? Hehe,,ini kerjaan Bapakku. Beliau fans berat band The Doors. Yap, namaku terinspirasi dari nama vokalis band tersebut, Jim Morisson. Iseng? Hehe..iya ya. Kata orang-orang, Bapakku memang orang yang iseng. Nama anaknya saja dijadikan bahan pemuas hasrat isengnya. Beliau ingin nama anaknya bisa disingkat jadi Jim Morisson. Maka jadilah namaku seperti itu. Awalnya, Bapak keukeuh ga mau pake nama “Hasan”, karena katanya ga keren. Karena kalau disingkat malah jadi JimMo Rizki HaSan (baca: Jim Morrisan). Tapi apa boleh buat, Kakekku kurang sreg kalau nama belakang cucunya diberi nama Ongen. Hahaha..aku bisa bayangin gimana geramnya Kakekku dulu.

Hmm..Iya, kamu ga salah liat, aku tulis “katanya”. Aku hanya tahu sosok Bapakku dari “katanya”. Bapak meninggal ketika aku masih kecil. Beliau meninggal di jalan..waktu itu sedang hujan, Bapak mencoba menyelamatkan seorang pemuda yang berjalan sempoyongan di jalan raya. Bapak menarik pemuda tersebut untuk menghindari motor yang melaju kencang. Namun, mungkin karena hujan atau memang sudah takdir, Bapak kehilangan keseimbangan lalu jatuh ke Jalan. Naas, ada mobil yang melaju kencang. Bapak tertabrak. Beliau tidak sempat dibawa ke rumah sakit untuk diselamatkan. Belakangan diketahui, pemuda tersebut dalam keadaan mabuk. Miris, memang..Bapakku meninggal ketika ingin menyelamatkan seorang pemabuk. Mengingatnya, terkadang membuat dadaku sesak. Namun apa daya, inilah hidup. Berjalan ke arah yang belum tentu kita inginkan. Kata orang, mungkin ini adalah jalan terbaik. Yap, bisa jadi..pemuda yang Bapak selamatkan, sekarang menjadi seorang ustdaz dan menjadi aktivis anti miras. Tinggal aku aja yang belum bisa merasakan kalau ini adalah “jalan terbaik”. Maka, sejak saat itu aku dirawat dan dibesarkan oleh kakekku. Ibu? Ibuku meninggal ketika berjuang melahirkan ku ke dunia. She’s the real hero! Thanks, Mom..love you.

Hei kamu, masih di situ? Maaf ya, aku jadi ngelantur ngomongin masa lalu. Yuk, kita mulai. Tadi kan aku janji ngajak kamu untuk bantuin aku membuat makalah. Tema makalah nya adalah fenomena di sekitar kita. Iya, bebas. Boleh membahas apa saja. Hmm..apa ya? Kamu ada ide? Gimana aku aja? Ok, aku yang pilih yaa. Aku sih tertarik membahas soal orang gila. Orang yang beneran gila yaa..bukan yang gila harta atau gila jabatan. Ini orang gila. Orang yang katanya tidak waras dan tidak normal. Aku tertarik dengan mereka. Menurutku, istilah tidak waras atau gila itu tidak tepat. Mengapa? Karena kita menyebut seperti itu dengan standar kita. Kita tidak pernah tahu kan apa yang terjadi di dalam pikirannya. Apa yang dia pikirkan. Bagaimana cara kerja otaknya. Dan masih banyak hal lain lagi. Mengapa aku berpikiran seperti itu, karena ada kutipan dari seorang terkenal yang pernah aku baca “YOU NEVER KNOW SOMEONE UNTIL YOU WALK IN THEIR SHOES”. Yap, menjadi tidak relevan karena yang menentukan standard “orang gila” adalah orang yang bukan “gila”. Kecuali, kalau yang menentukan standar ini adalah dia yang tadinya “orang gila” lalu sembuh, dan menceritakan apa yang sebenernya terjadi ketika dia masih “gila”. Tapi, bukan ini kan skenario nya??

Gimana? Kamu setuju, gak?

“Jimmoo..Jimmo..buka pintunyaa. Ini Mas mau kasih buku baru..”

Eh, sorry, aku buka pintu dulu yaa. Itu Mas Adi pasti. Oh iya, kamu belum kenal Mas Adi ya? Dia itu pemuda mabuk yang coba diselamatkan Bapakku. Tak ada yang pernah tahu akhirnya harus begini yaa. Beliau lah yang membesarkan ku selepas kepergian Kakeku.

“Iya, Mas..tunggu sebentar, Jimmo buka pintunya”

“padahal ga dikunci kok, Mas” Ujarku sambil membuka pintu untuknya.

“ini, buku baru untukmu. Mas dapat dari teman. Tema nya science fiction. Kesukaan kamu banget.” Kata Mas Adi ramah seraya memberikan buku tersebut. Judulnya “Babel-17”

“wah,,makasih banyak, Mas. Nanti kalau aku udah selesai baca, aku ceritain ke Mas Adi yaa..hehehe” balasku.

“Ok deh, Jimmo..selamat membaca”

Aku pun menutup pintu kamar saat samar-samar aku dengar “gimana dokter Adi? Apa sudah ada kemajuan dari Jimmo? Apa terapi ini bisa berhasil?”

Nah, gimana? Kamu mau baca novel ini dulu atau kita lanjut ngerjain tugasnya? Oh..ok then kalau kamu mau kita baca novel ini dulu..

-TAMAT-

Posted in PERSONAL LIFE

7 Hal yang Perlu Kamu Ketahui dari Bung Suryo

Yup, menyusul maraknya news feed dengan title serupa yang sering dibagi oleh temanku ini, maka akan aku bagi pula informasi berharga yang niscahya sudah banyak orang yang tahu.

Ya, these are the 7 essential things you need to know about Mr. Suryo

1. Tidak ada nama Dico, di akte lahir temanku ini.

Ya, silahkan di cek pada yang bersangkutan. Namanya adalah Suryo Prabandono. Hmm, satu2nya hal yang menurutku masuk logika kenapa dipanggil Dico adalah, dalam bahasa Spanyol, el dico itu artinya dokter. Itulah -mungkin- doa dari orang tuanya. Agar anaknya bisa menjadi dokter.

2. Dico adalah salah satu dari “pendiri” dan “pembesar” Al Azhar BSD.

Dari mulai Al Azhar masih di rumah kecil. Dia masuk dalam legenda ksatria awal-awal peradaban BSD. Sorry, serigala, kamu ga cukup hanya jadi ganteng untuk menumbangkan popularitas legenda Al Azhar BSD ini. Jika ada nasib buruk dan Al Azhar BSD harus memasuki masa kelam, maka Dico adalah orang yang tepat untuk mengeluarkannya dari kegelapan tersebut.

3. Sepakbola, sebenarnya, bukan merupakan olah raga favoritnya.

Dico kecil, tumbuh dengan mengagumi tubuh jangkung, gelap dan berotot para pemain basket. Coba tengok gaya rambutnya di masa SD. Scottie Pippen bgt. Cek gambar di bawah ini:

dimas - dico. di masa mereka masih jaya
dimas – dico. di masa mereka masih jaya

4. Reza, adalah adiknya yang ternyata hanya beda Ibu dan Bapak.

Reza. Sosok ini sering dikira sebagai adiknya. Tanyalah seorang tukang cukur di Ole BSD. Sampai sekarang, Kang Undang -begitu nama tukang cukur nya- masih yakin kalau Reza adalah adik kandung dico.

dico yang sedang menyamar jadi reza
dico yang sedang menyamar jadi reza
nge band berdua. penulis ga pernah diajak
nge band berdua. penulis ga pernah diajak
dico yg muter, reza yg tunning nya.
dico yg muter, reza yg tunning nya.

5. Ketika mulai main sepakbola, posisi pilihannya adalah kiper….terpaksa kiper.

Dico adalah pengagum kiper-kiper era 90-an. Sebut saja raymond van der gouw, massimo taibi dan tentu saja fabian bartez..ketiga idolnya itu menjadi pengaruh yang sangat besar dalam karirnya menjadi kiper.

6. Dico adalah pentolan dari Band Kodok dan juga pengagum Dave Grohl.

Iya, nama band nya Kodok. Jelek. Aku juga ga ngerti, kenapa dico gampang sekali mengambil inspirasi dari sekitarnya. Mungkin alasan yang masuk akal adalah because he’s a born true artist. Berikut ini adalah alasan mengapa ku bilang dia pengagum penggebuk drum Nirvana yang juga pentolan dari Foo Fighters

oh yeaah
oh yeaah
liat mimik wajahnya..wajah dico ya
liat mimik wajahnya..wajah dico ya
liat lagi,mimik wajahnya.
liat lagi,mimik wajahnya.

7. Semua mantan pacarnya, menjadi orang sukses.

Inilah yang membuat banyak perempuan antre untuk dipacarin sama dico. Daftar sukses mantan2nya memang membuat silau. Tidak perlu lah kita sebut Pilot Wanita termuda dari Garuda yang terkenal itu adalah salah satunya.

Ditulis oleh Igan.

Penulis adalah orang yang hari ini sepertinya sedang stress dan perlu melepaskan beberapa uneg2nya.

NB : jika boleh mengutip salah satu tagline iklan “ga semua yang lo baca itu bener”

Posted in PERSONAL LIFE

Dia, Teman Kecilku – Part 5

Sebentar lagi, aku akan bercerita tentang seorang teman, yang jujur saja, aku lupa dia muncul dari mana. Serius, aku tidak pernah ingat kenalan dengan anak ini. Tiba-tiba, memori soal anak ini muncul di SMP. Seperti dia yang ingin selalu terlihat misterius, “buku” memori tentangnya pun tidak mau dibuka dari halaman 1. Tahu-tahu saja dia sudah terbuka di halaman 68. Entah, seru atau tidak ceritanya sebelum bertemu denganku. Sepertinya sih, ngga. hahaha

Bunda selalu bilang, “pilihlah temanmu, jangan biarkan kamu dipiliha teman”. Aneh. Iya, tapi itulah pesan bundaku. Jadi, semenjak itu, aku pun selalu memilih temanku. Bukan aku pilih-pilih, but this is how it works. Bergaulah dengan tukang parfurm jikalau kamu hendak menjadi harum. Begitu sebuah riwayat yang aku baca. Apa yang bikin aku memilih dia untuk jadi temanku. 1. TRUST. Kamu pasti harus setuju, trust adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang teman. Dulu sekali, aku ingat, waktu itu sore hari di bulan April 1998. Aku sedang mendapat pengayaan pelajaran IPA saat tiba-tiba dia datang ke kelas berkata “Gan, lo mau nendang penalti ga? kelas kita lagi adu penalti nih lawan kelas A, kita berhasil tahan imbang sejauh ini”

Kelas A itu memang yg paling hebat diangkatanku. Lalu kelas C, dan kemudian kelas ku. Maka aku cukup kagum, tanpa kehadiranku di lapangan, teman2ku bisa tahan imbang kelas A. HEBAT

Tanpa bertanya lagi, aku ikut dia ke lapangan untuk mengambil tendangan penalti dan membuang jauh mimpi teman2ku untuk mengalahkan kelas A. Aku gagal! Tapi, tunggu..dia tidak marah. begitu pula temanku yang lain. Tidak ada yang marah -menurut perasaanku saat itu sih gitu-. Jadi, sore itu aku dapet 2 pertimbangan yang bakal aku timbang-timbang untuk menjadikan dia temanku. Dia kasih aku trust, lalu dia juga sabar.

Sudah bukan rahasia lagi kalau aku dikenal oleh teman-teman kecilku sebagai Igan yang mau menang terus. Igan yang ga pernah mau salah. Igan yang perlu didukung ide-ide anehnya. Daaan..anak ini cukup bagus untuk masuk kategori itu. Tidak ada yang lebih cocok dari dia untuk menjadi robin jikalau aku batman, dia cukup tangguh untuk menjadi razor saat aku menjadi t-bone, cukup meyakinkan untuk menjadi john watson saat aku bermain sherlock.

Dia ga pernah kasih komen negatif -dulu-. Dia tahu, aku main bola cuma gaya-gayaan. Aku juga ga bisa-bisa banget main musik, tapi dia masih mau bikin band ga jelas sekedar pelepas penat saat weekend. Tapi itu, teman tidak menjatuhkan mental temannya..Betul begitu Suryo Prabandono?!

Duh,,udah kebanyakan,,capek. Nanti lagi dilanjut. Aku tahu ini bakal panjang ceritanya. Banyak trik-trik tidak terduga di dalamnya.

Posted in PERSONAL LIFE

Dia, Teman Kecilku – Part 4

Yap, mungkin itu benar. Mungkin juga tidak. Yaa, setidak nya beberapa kejadian di masa kecilku, membuatku percaya kalau si sombong tak pernah pergi kemana-mana.

Jadi, itu adalah aku di kelas 3 SMP. lagi siap-siap memasuki lapangan sepakbola di sekolahku dulu. Kami, sebagai juara grup kelas 3, harus berhadapan dengan juara grup anak kelas 1 di perempat final kompetisi sepakbola antar kelas.

Dengan rekor tanding yang bagus selama fasa grup, dan kenyataan bahwa lawan yang kami hadapi adalah anak kelas 1. Tim kelasku sudah besar kepala dan yakin akan tembus ke semi-final. Saat pemanasan, beberapa teman malah tidak serius melakukannya. Ada yang sudah -hanya- memikirkan selebrasi apa yang akan dilakukan ketika mencetak gol. Ada yang ga mau ganti baju, karena ga mau capek lawan anak kelas 1. Ada yang bajunya -sengaja- ketinggalan. -_-”

Intinya, kami sukses merasa jumawa di sore itu.

Pertandingan pun bergulir. Selama pertandingan, jujur, perasaan ini ga enak. Kayak ga lepas mainnya. Apalagi, mengetahui bahwa mood maker tim kami tidak ikut bermain. Iya, dia si Amri. Yang juga harusnya jadi striker. Tugasnya sih ga berat. Dia ga perlu nge-golin. Cukup jadi decoy, destruction, biar aku leluasa menendang dan mencetak gol! Terima kasih, Amri.. hehehehe

Pertandingan pun akan memasuki akhirnya, ketika anak kelas 1 tersebut mendapat hadiah free kick. Algojonya, konon, saat itu adalah wonder kid nya angkatan mereka. Posisi tendangan bebas hanya beberapa kaki dari lingkaran tengah lapangan. Tidak perlu pagar betis pikir kami, Sang algojo pun mengambil ancang-ancang. BBOOOOMMM!!! dia menendang lambung, seperti umpan, tapi bukan. Melambung menuju gawang kami. Tidak berbahaya nampaknya, Tapi apa daya, mungkin ada angin -seperti pengakuan kiper kami-, lalu bola lolos dari tangkapannya, mengenai bahunya untuk kemudian memantul masuk ke arah gawang.

GOL!! skor berubah 1-1. Aku kaget. Masih kaget karena itu seharusnya bola mudah. Kedudukan pun imbang. Kami ambil bola untuk segera kick off dan ingin berusaha mencetak gol lagi. Namun apa daya, skor tetap 1-1 hingga akhir waktu normal. Dulu, kita ga pake sistem ET. Pertandingan seri langsung dilanjut ke adu penalti. Kamipun siapkan algojo untuk menendang penalti.  3 orang kalau tidak salah. Rencananya, aku akan menjadi penedang ketiga. Jujur, aku sebenernya agak lupa dengan adegan penalty shoot-out ini. Tapi, mudah2an seperti ini. Atau kalau beda, anggap saja ini bukan kisah nyata, dan segela kejadian, nama orang yang ada di sini, hanya rekaan. Jika ada kesamaan, mungkin itu sebuah kebetulan.

Kelas 1 dapet giliran nendang pertama. GOL! tendangan algojo pertama mereka masuk.

Giliran kelasku. GOL! algojoku juga masuk. skor jadi impas.

Kelas 1, algojo kedua. GOL! lagi-lagi bisa menggetarkan jala gawangku.

Algojo kedua dari kelasku. GOL! kami juga berhasil mencetak gol. skor jadi 2-2.

Kelas 1, algojo terakhir adalah dia, si wonder kid yang tadi berhasil mencetak gol dari tendangan bebas. Kiperku waspada, dan seolah ingin membayar kekalahannya di tendangan bebas tadi. Dia menendang!! GOLLL! apa daya, tendangannya memang kencang. Keuntungan dipegang kelas 1. 3-2.

Aku akan maju untuk menjadi algojo ke-3 ketika dia, temanku, datang menghampiri.

“Gan,,gua aja yang nendang.”

aku ragu..

“kasih gua kesempatan,,gua juga bisa kok,,”

Ok, aku pikir. kalau pun ini kedudukan seri, penalti masih akan berlanjut.

Dia maju. meletakan bola di titik penalti. Mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang.

Yak, dia berlari mendekati bola untuk menendang….BBOOOOOMMMM!!!

Bola meluncur kencang ke arah kanan gawang. Tapi sayang, itu melambung di atas mistar gawang. Ga ada gol. Skor ga berubah.

3-2 untuk kemenangan kelas 1. Saya lesu..bengong ga percaya. Juara grup kelas 3 bisa kalah sama anak kelas 1.

Tapi itu dia. Benar kata orang. Bola itu bundar. Apapun bisa terjadi. Fakta itu seakan menyadarkan bahwa nasib baik akan datang pada mereka yang bersungguh sungguh dan penuh persiapan. Bukan pada mereka yang tanpa persiapan dan meremehkan keadaan. Inilah kisah david vs goliath yang aku alami.

Cerita sore itu pun akan selesai. Aku bersiap untuk mengganti pakaian lalu pulang. Hingga, aku melihat ada yang terduduk jauh di ujung lapangan. Menunduk lesu dan menangis.

Aku hampiri dia. Dia adalah algojo terakhir kelasku. Willy Sakareza.

“udah, Sak..ga usah nangis gitu. Namanya juga pertandingan, ada kalah-menang” ujarku mencoba bijak. Padalah karena ga tau aja harus ngomong apa.

lalu dia berkata..”kenapa? kenapa cuma gua yang gagal?”

“udah ah, Sak..”

“kenapa selalu gua? kenapa gua ga pernah menang..Allah ga sayang sama gua..”

——————————- zzzzzzziiiiiinngggg

gua ga tau harus ngomong apa..akhirnya “udahlah, sak..ga boleh gitu. Mungkin karena kita ga main bagus, Belum aja waktunya menang”…

Dan seiring berjalannya waktu, dia, Willy ini, memang bukan anak yang cemerlang. Bukan yang terpintar. namun satu yang aku tau, dia mau berusaha lebih keras dari temannya. Memaksa sekuat tenaga agar keadaan disekitarnya “mau” mendukung dia untuk maju. Mengabaikan semua penilaian miring orang tentangnya. Termasuk dari aku. hehehe

PS : Mas Willy, jangan lupa pulang ke indo. Kontribusimu dibutuhkan Indonesia, lebih dari sekedar kolom opini di surat kabar. Over and out.

Posted in PERSONAL LIFE

Sepenggal Kisah Dari Masa Lalu – Part 2

Waktu itu, sore hari. Ibu seorang temanku datang ke rumah untuk menjemput kakak temanku itu. Kebetulan, sang kakaknya teman ini teman angkatan abangku di SMP. Temanku ini, juara kelas. Juara sekolah malah..dari dulu, mungkin peringkat di rapotnya ga kenal angka lain selain “1”. Ranking nya 1 terus.

“ayo nak, kita pulang..” sahut sang Ibu ke anaknya.

aku mengantar mereka sampai pintu gerbang. Mereka lalu naik mobil. Sebelum melaju, Ibu temanku itu berujar..

“nah,,sekarang igan udah bisa ya jadi ranking 1”..

————————————–

suasan hening..aku ga tau harus senang atau sedih. Si teman yang pintar ini, ternyata beberapa hari kemudian pindah sekolah.

Posted in PERSONAL LIFE

Sepenggal Kisah Dari Masa Lalu – Part 1

Yaa..sengaja saya bedakan judulnya. Karena untuk judul ini, saya tidak akan cerita panjang lebar. Saya hanya ingin menulisnya. Biar saya ingat, kata-kata dari mereka, sadar atau tidak, bisa merubah hidup saya. Yup..believe it or not.

—————————————
Aku selalu percaya, kata-kata adalah cerminan dari harapan yang ada di dalam hati. Dan itu, bisa jadi adalah doa. Dan doa yang kuat itu, doa dari hati orang yang tulus.

Sore itu, aku lagi di sofa depan televisi. Di samping kanan ku ada seorang teman yang sedang pakai telepon. Itu aku yang masih smp. Itu aku, anak yang cuma bisa ikut senang kalau temannya ada yang punya mainan baru. Iya, itu aku anak dari seorang pegawai bumn, yang setiap hari harus bangun subuh untuk naik ojek, lalu menyambung bus, untuk sampai di kantor. Iya, sampai hari itu, kami belum punya mobil. But anyway, proud of you, Dad! 🙂

Sambil nonton, aku bisa dengar percakapan temanku itu. Sepertinya dengan seorang perempuan.

Ga ada yang spesial, sampaai

“Haha..iyaa..udah, sama igan aja..”

“Apaan sih, ki? Siapa emangnya?” Kataku pada eki. Iya, ini temen pertamaku di al azhar dulu.

“Iyaa..igan baik anaknya” lanjut dia meneruskan.

“..hmm, hooo..tajir bgt..Bapaknya igan tuh tajir bangeett!” Lanjut eki. Seperti sedang jualan obat panu ke calon pembelinya.

“Apa sih ki..” Aku hanya bisa senyum mengamini kelakar eki pd lawan bicaranya. Yang sampai sekarang pun aku lupa, siapa itu yang sedang dibuali oleh Eki. Hehe..

Bertahun kemudian, alhamdulillah, aku merasakan “doa” yang dia ucapkan dulu sekali. Terima kasih, kawan..

PS : gua tau, dengan nama lengkap Muhammad Iqbal, sekarang lo lebih suka dipanggil bubble. Tp buat gua, lebih cocok eki.  eki yg mau jd temen pertama gua di al azhar. Bubble terlalu “lemah” buat jadi nick lo. Hahaha..

Posted in PERSONAL LIFE

Dia, Teman Kecilku – Part 3

Yaa, yaa. Selamat datang di tempat tidak jelas bernama “memori”. TIdak jelas untuk kamu, tapi jelas bermakna seru untuk aku. J

 

Ok, temen SD. Udah.

Coba ah, sekarang cerita dari masa SMP gua. Banyak banget yang seru..terlalu banyak. Hmm, mari kita ambil yang paling sensasional –waktu itu-

——————————————————

Jadi, waktu itu sore hari seperti biasa. Sore hari yang muncul setelah datangnya pagi dan siang. Seperti biasa, seperti tidak ada jeranya, teman-temanku selalu saja mengajak aku keluar untuk sekedar bermain bola. Yaa, untuk apa lagi kalau bukan untuk membuktikan kalau aku itu sok jago kalau main bola. Setelah Dimas dan Bintar memanggilku keluar untuk bermain, aku pun lalu bergegas keluar untuk segera bermain bola. Oh iya, pengen nyampein uneg-uneg euy, bentar aja. Itu, nama yang kusebut pertama di dua kalimat sebelum ini, tiap lihat mukanya dulu, aku jadi ke ingetan itu actor film yang jadi lawan main nya Jerry Kucing. Iya.Itu kamu tahu. Nah, tapi cerita kali ini bukan tentang dia kok. Jadi tenang saja.. J

 

Selain aku, ada namanya Adip. Dia anak komplek juga. Yang se angkatan dengan ku di sekolah. Kebetulan, karena aku punya nilai agak bagus, jadi bias deh sekelas sama Adip di kelas unggulan. Hihihihi.

 

“Adipp..Adiipp” teriak Bintar dan Dimas, setelah aku minta mereka memanggil Adip untuk ajak dia main bola juga di sore itu.

Karena biar seru. Adip jago main bolanya. Pake kaki. Kalau pakai tangan, dia ga terlalu jago. Laju bola yang dia tendang, KENCEENGG JON!! Mungkin setara sama kecepatan pukul petinju pro. Serius ini. REAL FAST! Ada temang yang sampai ga mau jadi kiper lagi kalau main bola lawan Adip.

“Bolanyaa gepeeng! Goyang-goyang ga jelas!!” kata seorang teman saat itu. Iyap. Somehow, dia bisa knuckle ball. Gila sih menurut ku. Anak SMP, bisa knuckle ball. Tapi, ga heran sih. Ukuran badan Adip pun lebih besar dibanding anak se-umurannya ketika itu.

Anyway, Adip pun keluar. Kita pun bermain bola. Senang sekali rasanya. Seru. Walaupun harus bermain di lapangan yang banyak bolongnya karena bekas tanah yang dipakai untuk nanem pohon palm. Walau main di lapangan yang tiba-tiba sering ada interupsi dari lewatnya kambing-kambing gembala yang entah punya siapa. Walau di sekitar lapangan ada (kadang-kadang pun di dalamnya ada) pup dogi yang sembarangan ga pake pampers di lepaskan oleh majikannya.

Ga ada yang seru-seru banget di pertandingan sore itu. Seperti biasa, aku selalu banyak mencetak gol. –hihihihi

 

Hingga….bola hasil tendangan Adip pun melayang entah kemana. Jauh. Tertendang jauh meninggalkan lapangan..

“yaahh..Mas, ambil gih bolanya” minta aku pada dimas. Walaupun aku tahu, yang tendang itu bola Adip. Tapi karena aku pengen Dimas jadi anak yang sehat dan banyak gerak, ya aku minta dia aja yang ambil (padahal mah ga enak aja kalau nyuruh Adip.

“ga mau..Adip aja..” kata Dimas. YES..umpan ku diambil Dimas. Dimas pun minta Adip yang ambil. YES lagi..aku secara otomatis sudah nyuruh Adip ngambil bola. Via Dimas tentunya. Hihihihihi.

“ok..ok” kata Adip.

Dia pun turun ke jalan. Ke arah bola. Mengambilnya, dan untuk kemudian menendangnya lagi masuk ke lapangan. Belum ada yang seru hingga…

“dih,,Dip. Elo nginjek t*i tuh..” kata Adi. Iya. Ini temanku yang lain. Yang dipanggil homo. Iyaa,,karena dia manusia sama seperti kita. Jadi dipanggilnya homo.

“ngga..kok..ngga” jawab Adip sambil ragu (atau sambil boong?). Karena, aku, dan beberapa orang di lapangan pun melihat. Memang Adip nginjek. Kaki kirinya ga sengaja nginjek itu kotoran dogi ketika dia ambil ancang-ancang untuk menendang.

“iyaa..elo nginjeekk”

“ih Adip..ih” seru yang lain pun. Maksudnya, agar dia bisa pulang dulu ke rumah nya untuk cuci kaki. Biar lapangan bola itu,senantiasa menjadi tempat suci kami.

“nggaa..nggaa taauu..kan ini kaki gua” kata Adip sambil naik masuk ke lapangan.

“iyaa, Dip. Nginjek. Kena tadi..cuci kaki dulu gih” kataku sore itu.

“nggaaakk..nggak kenaa..” katanya sambil berjalan masuk ke lapangan. Sambil secara sembunyi-sembunyi menyeret / mengesetkan kaki kanannya ke rumput.

Kita yang di lapangan, bisa lihat aksi curi-curi itu..

Duh..tapi kan Dip, itu kaki kirimu lho yang nginjeekk!! -_-”

Adip ih..

 

PS : untuk Mas Pradipto Utomo. Jangan marah ya, Mas. Mas Adip kan orang paling sabar se al azhar bsd rayaa. J

-Igan, sambil iseng ngabisin waktu di kosan karena ga bisa balik ke BDG. Ongkos mahal, Jendral! –

Posted in PERSONAL LIFE

Dia, Teman Kecilku – Part 2

Holaa,,

Yup, ini part-2. Tapi, part 2 ini tidak akan bercerita tentang Arin teman yang gua ceritain di part-1. Jadi, ceritanya gua mau tulis semua cerita masa kecil yang pernah gua alami. Katanya, ini katanya lho, gua sering menangkap momen-momen yang orang lain ga inget..bahkan objeknya sendiri pun belum tentu inget..yup, daripada hanya menjadi cerita di memori gua sendiri, gua pengen tulis ini biar -mungkin- temen-temen gua tahu apa yang ada di pikiran gua, sekarang maupun saat kejadian tersebut terjadi.

Let’s roll with meee!!!

Waktu itu, sore-sore. Menunggu panggilan teman dari luar rumah untuk mengajak aku main bola. Seperti biasa. Untuk tahu kalau aku itu memang sok jagoan kalau main bola. 🙂

Bosan karena teman tak kunjung datang untuk memanggil, aku rebahan di depan tv. Mau main PS, bukan akhir pekan, jadi pastilah aku ga boleh main sama Bunda. Mau ngerjain PR..aah, apalah aku ini, bukan jenis dari murid rajin di sekolah. Jadi, buat apa pula aku ngerjain PR sore-sore. Nanti saja, tunggu malam. Biar cepat ngantuk karena baca-baca soal dan tertidur dengan senyuman karena aku tahu, pasti jawaban PR ku benar.. 🙂

“igaannn..igaannn” itu suara Bunda memanggilku. “iyaa, bun” jawabku.

“ini ada telpon” kata Bunda untuk memberi tahu.

“iyaa..igan tahu. Itu ada telpon..kenapa gitu?”..

“Muamaarr..” kata Bunda. Yaa, aku dari kecil sudah sering bercanda. Ga ngerti kenapa jugaa.

Aku angkat telponnya..maksudnya sambil aku ajak bicara. Bukan gagangnya..tapi orang yang ada di sebrang sana. “haloo..haloo..”   “tuutt..tutt..”.

“Bundaaa..telponnya putus. Telpon dari siapa?”

“oh..tadi itu Ibunya temanmu. Katanya, anaknya sakit, sudah hampir 3 hari. Kata ibunya, dia minta ditelpon sama igan..”

Hah?? Siapa? Ku kira asalnya ini perempuan. Tapi, bukan. Tapi, karena aku tidak tahu harus telpon balik kemana, aku ga telpon deh. Yaa..ini jaman seru, kalau ada yang telpon, kita ga tahu nomornya. Jadi, hanya berharap ada kesempatan kedua untuk bisa sekedar ngobrol dengan si penelpon. Serruuu!

“Bundaa..igan main bola dulu yaa..itu udah diajakin sama Apri..”

———————————————-

Pulang main bolaa..

“Igan..ini nomor telponnya. Tadi Ibu temanmu telepon lagi. Ninggalin nomor telpon rumahnya, biar kamu bisa telpon ke sana. Tadi ibunya titip pesan, coba igan telpon, ajak bicara temennya,,siapa tahu jadi ada motivasi untuk cepat sehat dan masuk sekolah lagii..”

Aku terima secarik kertas yang ada nomor telpon itu.

“Nomor telpon Ibunya Harry..” itu tulisan di kertasnnya.

Ya, itu namanya. Harry Mahathir. Waktu itu dia baru pindah ke sekolahku. Sepanjang yang aku ingat, sebelum nya aku belum pernah main atau ngobrol panjang lebar dengannya. Dan, hingga saat ini pun aku tidak tahu kenapa dia ataupun Ibu nya berpesan seperti itu. Yaa..untuk bersilaturahmi, dan menjalankan amanah dari Ibunya. Aku angkat gagang telpon, dan pencet nomornya..

Dan mungkin,,mungkin karena baru kali itu ada orang taruh percaya buatku, jadi momen ini selalu aku ingat. Entah, apa Ibu ingat pernah telpon dan titip pesan ini, aku ga tahu. But anyway, karena momen ini, aku pilih dia untuk tetap jadi temanku. Ya, dia teman kecilku. Harry Mahathir namanya. Yaa, sebuah cerita lama yang diambil dari memori SD ku.

Ps: Salam hormat selalu untuk Ibu ya, Har.

WAKTU AKAN MEMBUATKU LUPA, TAPI YANG AKU TULIS AKAN MEMBANTU MEMBUATKU INGAT – PIDI BAIQ

Posted in PERSONAL LIFE

Dia, teman kecil Ku..

Hi there,

Senang rasanya bisa nulis lagi di sini. Yaa, ini tidak lepas dari saran bos di kantor. Jadi, dikerjaan gua yang sekarang, gua diminta untuk bisa nulis dengan rapi. Lebih berstruktur. Flow tulisannya harus lebih natural, ga terkesan mengada-ada.

Nah, menurut bos, tulisan gua ini masih kurang. Mungkin gua harus lebih banyak latihan. “Kamu suka nulis ga, Gan? Coba bikin tulis2 apa gitu,,ngarang2 tulisan” kata bos waktu itu. Ok then, jadi mungkin gua bakal lebih sering nyampah di blog ini.

Ok..basa-basi selesai. Mari kita lanjut ke pokok tulisan ini.

Dia, Teman Kecilku

Jadi, pagi ini akhirnya gua memberanikan diri untuk melaksanakan hal yang dari dulu pengen gua lakuin tapi lupa terus. Gini, di Facebook gua (iyee,,gua ga bisa moveon dari FB), ada satu nama yang bikin gua penasaran. Namanya Arini Ullyta. Gua rasa, ini cewe adalah temen SD gua dulu. Cewe yang Ibunya beberapa kali pernah telpon ke rumah gua, nanya ada PR atau ngga. Kalau itu, gua bisa jawab. Yang bingung, Ibunya pernah telpon untuk nanya, ada ulangan apa ngga besok. Nah,,anak kelas 1, ditanya gitu,,ya bingung. Mungkin beliau pikir gua ini meta-human, bisa baca masa depan.. -_-”

Tapi, bener deh. Jaman gua sekolah di SD itu, kalau mau ulangan, gurunya ga pernah kasih info. Jadi,,ya improm tu gitu.

Daann..akhirnya tadi pagi, gua tanya deh.  Kira2 gini percakapannya.

Igan : “Sorry..dr dulu gua penasaran..tp lupa mau nanya. Hmm, ini tuh Arin temen Sd gua bukan sih?”

Gua pikir, nanya mah ga salah,,bodo amat kalau bukan juga. Kan tinggal bilang “sorry, salah orang gua” beres deh urusan. Dan..dia pun bales

Arin : “iya..Bareng di labs..Udah lupa ya? Hehe..”

Nah, gua mulai ga enak. Sambil mikir gimana caranya buat ngalihin pembicaraan,,terus gua kabur dengan aman..

Tapi itu ga gua lakuin,,gua still yakin,,dia temen SD gua..sambil bego, gua jawab lagi…hmm, tapi karena gua capek nulis,ini gua capture aja deh,,hehehehe

conv2

conv1

Hehehe,,dan mamah-nya pun ada di wall itu,,

Mamahnya seruu!!

Ok, gua ga akan capture semuanya,,karena bakal keliatan gua ini kecilnya macem apa..hehehehe..anyway, jadi benar Dia, Teman Kecilku.

Pelajaran yang bisa kita petik dari cerita ini. Lakukanlah apa yang kamu yakini, karena sesunggunya, hatimu itu sudah tahu apa yang benar untuk kamu hanya saja kamu harus sedikit peka dengan sinyal itu.

 Lakukanlah apa yang kamu yakini, karena sesungguhnya hatimu itu sudah tahu apa yang benar untuk kamu…

-Igan-

Sambil ngantuk mau tidur.